GUNUNG MARBABU
Gunung
Merbabu terletak di jawa tengah dengan ketinggian 3.142 mdpl pada puncak
Kenteng Songo. Gunung Merbabu berasal dari kata "meru" yang berarti
gunung dan "babu" yang berarti wanita.Gunung ini dikenal sebagai
gunung tidur meskipun sebenarnya memiliki 5 buah kawah: kawah Condrodimuko,
kawah Kombang, Kendang, Rebab, dankawah Sambernyowo. Gunung Merbabu dapat di
daki dari empat jalur yakni Thekelan, Cunthel, Wekas dan Selo.
Untuk
menuju ke tiga posko pendakian Thekelan, Cunthel, dan Wekas para penggiat alam
bebas dari Jawa Barat atau Jawa Timur bisa menggunakan transportasi darat
kereta api, dari jawa barat naik kereta api Tawang Jaya dari stasiun Senen
Jakarta menuju stasiun Poncol Semarang. Jawa Timur naik kereta api dari stasiun
pasar turi menuju Poncol Semarang. Sesampainya di stasiun poncol ini kita naik
bus kota menuju terminal Terboyo, dilanjutkan dengan bus jurusan Solo-Semarang
turun di terminal boyolali, dengan bus kecil arah selo Sepanjang perjalanan
naik bus kecil arah selo kita bisa bilang ke kernet bus untuk turun di jalur
pendakian gunung Merbabu Jalur selo
- Jalur Thekelan, Cunthel, dan Wekas
Untuk
menuju ke tiga posko pendakian Thekelan, Cunthel, dan Wekas para penggiat alam
bebas dari Jawa Barat atau Jawa Timur bisa menggunakan transportasi darat
kereta api, dari jawa barat naik kereta api Tawang Jaya dari stasiun Senen
Jakarta menuju stasiun Poncol Semarang. Jawa Timur naik kereta api dari stasiun
pasar turi menuju Poncol Semarang. Sesampainya di stasiun poncol ini kita naik
bus kota menuju terminal Terboyo, dilanjutkan dengan bus jurusan Solo-Semarang
turun di kota Salatiga (pasar sapi),dengan bus kecil arah magelang. Sepanjang
perjalanan naik bus kecil arah magelang kita bisa bilang ke kernet bus untuk
turun salah satu dari tiga jalur jalur pendakian yang mau kita tuju Thekelan,
Cunthel, atau Wekas
Peta tiga jalur gunung Merbabu via Cunthel Thekelan dan Wekas
Peta Jalur Selo
Pendakian Jalur
Thekelan
Perjalanan dari Pos Tekelan yang berada ditengah perkampungan penduduk,
dimulai dengan melewati kebun penduduk dan hutan pinus. Dari sini kita
dapat menyaksikan pemandangan yang sangat indah ke arah gunung Telomoyo
dan Rawa Pening.Di Pos Pending kita dapat menemukan mata air, juga kita
akan menemukan sungai kecil (Kali Sowo). Sebelum mencapai Pos I kita
akan melewati Pereng Putih kita harus berhati-hati karena sangat terjal.
Kemudian kita melewati sungai kering, dari sini pemandangan sangat
indah ke bawah melihat kota Salatiga terutama di malam hari.
Dari Pos I kita akan melewati hutan campuran menuju Pos II, menuju Pos
III jalur mulai terbuka dan jalan mulai menanjak curam. Kita mendaki
gunung Pertapan, hempasan angin yang kencang sangat terasa, apalagi
berada di tempat terbuka. Kita dapat berlindung di Watu Gubug, sebuah
batu berlobang yang dapat dimasuki 5 orang. Bila ada badai sebaiknya
tidak melanjutkan perjalanan karena sangat berbahaya. Mendekati pos
empat kita mendaki Gn. Watu tulis jalur agak curam dan banyak pasir
maupun kerikil kecil sehingga licin, angin kencang membawa debu dan
pasir sehingga harus siap menutup mata bila ada angin kencang.
Pos IV yang berada di puncak Gn. Watu Tulis dengan ketinggian mencapai
2.896 mdpl ini, disebut juga Pos Pemancar karena di puncaknya terdapat
sebuah Pemancar Radio.
Menuju Pos V jalur menurun, pos ini dikelilingi bukit dan tebing yang
indah. Kita dapat turun menuju kawah Condrodimuko. Dan disini terdapat
mata air, bedakan antara air minum dan air belerang.Perjalanan
dilanjutkan dengan melewati tanjakan yang sangat terjal serta jurang
disisi kiri dan kanannya. Tanjakan ini dinamakan Jembatan Setan.
Kemudian kita akan sampai di persimpangan, ke kiri menuju Puncak Syarif
(Gunung Pregodalem) dan ke kanan menuju puncak Kenteng Songo ( Gunung
Kenteng Songo) yang memanjang.
Dari puncak Kenteng songo kita dapat memandang Gn.Merapi dengan
puncaknya yang mengepulkan asap setiap saat, nampak dekat sekali.Ke arah
barat tampak Gn.Sumbing dan Sundoro yang kelihatan sangat jelas dan
indah, seolah-olah menantang untuk di daki. Lebih dekat lagi tampak
Gn.Telomoyo dan Gn.Ungaran. Dari kejauhan ke arah timur tampak Gn.Lawu
dengan puncaknya yang memanjang.Menuju Puncak Kenteng Songo ini jalurnya
sangat berbahaya, selain sempit hanya berkisar 1 meter lebarnya dengan
sisi kiri kanan jurang bebatuan tanpa pohon, juga angin sangat kencang
siap mendorong kita setiap saat.
Pendakian Jalur Chuntel
Untuk menuju ke Desa Cuntel berjalan terus mengikuti jalan berbatu
hingga ujung. Banyak tanda penunjuk arah baik di sekitar desa maupun di
jalur pendakian. Di Basecamp Desa Cuntel yang berada di tengah
perkampungan ini, pendaki dapat beristirahat dan mengisi persediaan air.
Pendaki juga dapat membeli berbagai barang-barang kenangan berupa
stiker maupun kaos.
Setelah meninggalkan perkampungan, perjalanan dilanjutkan dengan
melintasi perkebunan penduduk. Jalur sudah mulai menanjak mendaki
perbukitan yang banyak ditumbuhi pohon pinus. Jalan setapakberupa tanah
kering yang berdebu terutama di musim kemarau, sehingga mengganggu mata
dan pernafasan. Untuk itu sebaiknya pendaki menggunakan masker pelindung
dan kacamata.Setelah berjalan sekitar 30 menit dengan menyusuri bukit
yang berliku-liku pendaki akan sampai di pos Bayangan I.
Pos Bayangan I ini tempat pendaki dapat berteduh dari sengatan matahari
maupun air hujan. Dengan melintasi jalur yang masih serupa yakni
menyusuri jalan berdebu yang diselingi dengan pohon-pohon pinus, sekitar
30 menit akan sampai di Pos Bayangan II. Di pos ini juga terdapat
banguanan beratap untuk beristirahat.
Dari Pos I hingga pos Pemancar jalur mulai terbuka, di kiri kanan jalur
banyak ditumbuhi alang-alang. Sementara itu beberapa pohon pinus masih
tumbuh dalam jarak yang berjauhan.Pos Pemancar atau sering juga di sebut
gunung Watu Tulis berada di ketinggian 2.896 mdpl. Di puncaknya
terdapat stasiun pemancar relay. Di Pos ini banyak terdapat batu-batu
besar sehingga dapat digunakan untuk berlindung dari angin kencang.
Namun angin kencang kadang datang dari bawah membawa debu-debu yang
beterbangan.
Pendakian di siang hari akan terasa sangat panas. Dari lokasi ini
pemandangan ke arah bawah sangat indah, tampak di kejauhan Gn.Sumbing
dan Gn.Sundoro, tampak Gn.Ungaran di belakang Gn. Telomoyo.Jalur
selanjutnya berupa turunan menuju Pos Helipad, suasana dan pemandangan
di sekitar Pos Helipad ini sungguh sangat luar biasa. Di sebelah kanan
terbentang Gn. Kukusan yang di puncaknya berwarna putih seperti muntahan
belerang yang telah mengering. Di depan mata terbentang kawah yang
berwarna keputihan. Di sebelah kanan di dekat kawah terdapat sebuah mata
air, pendaki harus dapat membedakan antara air minum dan air belerang.
Perjalanan dilanjutkan dengan melewati tanjakan yang sangat terjal serta
jurang disisi kiri dan kanannya. Tanjakan ini dinamakan Jembatan Setan.
Kemudian kita akan sampai di persimpangan, ke kiri menuju Puncak Syarif
(Gunung Prengodalem) dan ke kanan menuju puncak Kenteng Songo ( Gunung
Kenteng Songo) yang memanjang.Dari puncak Kenteng songo kita dapat
memandang Gn.Merapi dengan puncaknya yang mengepulkan asap setiap saat,
nampak dekat sekali.Ke arah barat tampak Gn.Sumbing dan Sundoro yang
kelihatan sangat jelas dan indah, seolah-olah menantang untuk di daki.
Lebih dekat lagi tampak Gn.Telomoyo dan Gn.Ungaran. Dari kejauhan ke
arah timur tampak Gn.Lawu dengan puncaknya yang memanjang.
Pendakian Jalur Wekas
Wekas merupakan desa terakhir menuju puncak yang memakan waktu kira-kira
6-7 jam. Jalur wekas merupakan jalur pendek sehingga jarang terdapat
lintasan yang datar membentang. Lintasan pos I cukup lebar dengan
bebatuan yang mendasarinya. Sepanjang perjalanan akan menemui ladang
penduduk khas dataran tinggi yang ditanami Bawang, Kubis, Wortel, dan
Tembakau, juga dapat ditemui ternak kelinci yang kotorannya digunakan
sebagai pupuk. Rute menuju pos I cukup menanjak dengan waktu tempuh 2
jam.
Pos I merupakan sebuah dataran dengan sebuah balai sebagai tempat
peristirahatan. Di sekitar area ini masih banyak terdapat warung dan
rumah penduduk. Selepas pos I, perjalanan masih melewati ladang
penduduk, kemudian masuk hutan pinus. Waktu tempuh menuju pos II adalah 2
jam, dengan jalur yang terus menanjak curam.
Pos II merupakan sebuah tempat yang terbuka dan datar, yang biasa
didirikan hingga beberapa puluhan tenda. Pada hari Sabtu, Minggu dan
hari libur Pos II ini banyak digunakan oleh para remaja untuk berkemah.
Sehingga pada hari-hari tersebut banyak penduduk yang berdagang makanan.
Pada area ini terdapat sumber air yang di salurkan melalui pipa-pipa
besar yang ditampung pada sebuah bak.
Dari Pos II terdapat jalur buntu yang menuju ke sebuah sungai yang
dijadikan sumber air bagi masyarakat sekitar Wekas hingga desa-desa di
sekitarnya. Jalur ini mengikuti aliran pipa air menyusuri tepian jurang
yang mengarah ke aliran sungai dibawah kawah. Terdapat dua buah aliran
sungai yang sangat curam yang membentuk air terjun yang
bertingkat-tingkat, sehingga menjadi suatu pemandangan yang sangat luar
biasa dengan latar belakang kumpulan puncak - puncak Gn. Merbabu.
Selepas pos II jalur mulai terbuka hingga bertemu dengan persimpangan
jalur Kopeng yang berada di atas pos V (Watu Tulis), jalur Kopeng. Dari
persimpangan ini menuju pos Helipad hanya memerlukan waktu tempuh 15
menit.
Suasana dan pemandangan di sekitar Pos Helipad ini sungguh sangat luar
biasa. Di sebelah kanan terbentang Gn. Kukusan yang di puncaknya
berwarna putih seperti muntahan belerang yang telah mengering. Di depan
mata terbentang kawah yang berwarna keputihan. Di sebelah kanan di dekat
kawah terdapat sebuah mata air, pendaki harus dapat membedakan antara
air minum dan air belerang.
Perjalanan dilanjutkan dengan melewati tanjakan yang sangat terjal serta
jurang disisi kiri dan kanannya. Tanjakan ini dinamakan Jembatan Setan.
Kemudian kita akan sampai di persimpangan, ke kiri menuju Puncak Syarif
(Gunung Prengodalem) dan ke kanan menuju puncak Kenteng Songo ( Gunung
Kenteng Songo) yang memanjang.
Dari puncak Kenteng songo kita dapat memandang Gn.Merapi dengan
puncaknya yang mengepulkan asap setiap saat, nampak dekat sekali.Ke arah
barat tampak Gn.Sumbing dan Sundoro yang kelihatan sangat jelas dan
indah, seolah-olah menantang untuk di daki. Lebih dekat lagi tampak
Gn.Telomoyo dan Gn.Ungaran. Dari kejauhan ke arah timur tampak Gn.Lawu
dengan puncaknya yang memanjang.
Pendakian Jalu Selo
Kecamatan Selo masuk wilayah Kabupaten boyolali, Jawa Tengah. Selo
berada di tengah-tengah antara Gunung Merbabu dan Gunung Merapi. Pendaki
yang hendak menapaki puncak Gunung Merapi lebih suka mengambil jalur
dari Selo ini. Sedangkan Pendaki Gunung Merbabu lebih suka mendaki dari
Kopeng dan turun di Selo.
Sebelum melakukan Ppendakian sebaiknya lapor di Kantor Polisi Selo,
setelah mendaftar untuk menuju ke basecamp Gn. Merbabu, dari Selo
tepatnya dari kantor Polisi, pendaki harus berjalan kaki menyusuri jalan
aspal sekitar 3 jam, cukup jauh dan menanjak sehingga cukup melelahkan.
Melintasi perkampungan penduduk dan ladang-ladang yang berada di
lereng-lereng terjal. Pendaki bisa menyewa mobil bak sayuran untuk
menuju ke basecamp, atau bisa juga naik ojek. Untuk pemanasan pendakian,
berjalan kaki bisa menjadi pilihan yang lebih murah.
Biasanya pendaki menginap di rumah warga setelah atau sebelum mendaki
gunung Merbabu yang juga menjadi basecamp. Rumahnya sangat besar bisa
menampung puluhan pendaki yang menginap. Di rumah warga ini pendaki bisa
memesan makanan dan minuman, seperti nasi goreng, mie rebus, dan kopi.
Stiker kaos dan aneka cendara mata juga bisa di peroleh di basecamp yg
berupa rumah-rumah penduduk ini. Hanya terdapat satu buah kamar mandi
yang airnya mengalir sangat kecil sehingga apabila ramai pendaki yang
menginap, maka harus mengantri lama untuk ke kamar mandi.
Dari basecamp, pendakian diawali dengan melintasi area perkemahan yang
sangat luas yang ditumbuh pohon-pohon pinus sehingga cukup rindang dan
sejuk di siang hari. Agak landai kemudian mulai memasuki kawasan hutan.
Jalur pendakian masih cukup landai, namun akan banyak dijumpai
pertigaan, maupun perempatan jalur yang menuju ke perkampungan penduduk,
maupun jalur penduduk mencari kayu bakar dan rumput, untuk itu tetap
pilih jalur yang paling lebar. Berjalan sekitar satu jam akan sampai di
perempatan jalur.
Dari perempatan jalur masih agak landai melintasi hutan akan berjumpa
dengan sungai kering yang berisi pasir. Setelah menyeberangi sungai
kering jalur mulai agak menanjak namun masih melintasi hutan. Setelah
berjalan sekitar satu jam dari sungai kering ini jalur terjal sekali
meliuk mendaki bukit dan sampailah kita di tikungan macan. Di Tikungan
Macan ini kita bisa memandang ke bawah ke arah jurang yang masih
diselimuti hutan yang lebat. Di tikungan Macan ini pendaki yang turun
bisa kesasar karena jalur yang sebenarnya berada disisi samping bukan
lurus ke bawah.
Dari Tikungan Macan jalur mulai sedikit terbuka, namun masih melintasi
hutan yang sudah tidak terlalu lebat lagi. Jalur mulai menanjak,
setengah jam berikutnya jalur mulai agak sulit dan semakin terjal.
Sekitar satu jam dari Tikungan Macan pendaki akan sampai di Batu Tulis.
Batu Tulis adalah tempat terbuka yang cukup luas, di tengahnya terdapat
sebuah batu yang cukup besar. Pemandangan indah di sekitar Batu Tulis
bisa menjadi pengobat lelah. Banyak terdapat Edelweiss yang tumbuh
tinggi dan besar sehingga bisa digunakan untuk berteduh. Pendaki yang
turun Gn.Merbabu, di Batu Tulis ini terdapat juga jalur alternatif yang
kelihatan sangat jelas namun sedikit mendaki bukit. Jalurnya berbahaya
melintasi punggungan yang sempit dengan sisi jurang di kira dan kanan,
sebaiknya tidak melewati jalur ini, tetaplah mengikuti jalur yang resmi.
Dari Batu Tulis medan mulai terbuka berupa padang rumput yang sangat
terjal dan berdebu. Bila di musim hujan jalur ini licin sekali sehingga
perlu perjuangan sangat keras untuk merangkak ke bergerak ke atas.
Puncak Gunung Merbabu masih belum kelihatan, pendaki masih harus
melewati empat buah bukit yang terjal untuk sampai di puncak Gunung
Merbabu.
Sekitar 1 jam berjuang melintasi medan yang berat dan terjal pendaki
akan sampai di puncak bukit, selanjutnya turun dan landai melintasi
padang rumput. Pemandangan sekitar di Padang Rumput ini sangat indah,
seperti bukit-bukit Teletubies. Sedikit naik bukit dan kemudian turun
lagi pendaki akan sampai di Jemblongan yakni sebuah tempat yang banyak
di tumbuhi Edelweiis dalam ukuran besar dan rapat sehingga sehingga
membentuk hutan yang rindang.
Pendaki bisa beristirahat sejenak sambil tiduran di bawah rindangnya
hutan Edelweiss. Di sini adalah tempat terakhir yang bisa digunakan
untuk berteduh dan beristirahat dengan nyaman, karena jalur selanjutnya
berupa padang rumput terbuka yang kering dan sangat terjal, berdebu di
musim kemarau dan sangat licin di musim hujan.
Dari Jemblongan kembali pendaki harus berjuang untuk mendaki bukit yang
terjal, licin dan berdebu. Puncak Gunung Merbabu masih belum kelihatan
karena tertutup bukit. Pemandangan alam cukup menghibur, di sisi kiri
terdapat Gunung Kenong dan di sisi kanan terdapat gunung Kukusan yang
runcing dan terjal.
Setelah berjalan sekitar 1 jam akan tampak puncak Gunung Merbabu.
Pemandangan yang sangat indah di depan mata, sekaligus pemandangan yang
mencengangkan, karena kita memandang jalur medan terjal yang harus kita
tempuh untuk menggapai puncak gunung Merbabu. Berbalik arah pemandangan
ke arah Gunung Merapi juga sangat indah sekali. Bila kita berjalan
dengan cermat sekitar sekitar 25 meter di sebelah kanan jalur akan kita
temukan sebuah batu berlobang.Sekitar 30 menit hingga 1 jam diperlukan
perjuangan akhir dengan menapaki jalur padang rumput yang terjal dan
berdebu untuk mencapai Puncak tertinggi gunung Merbabu. Setibanya di
Puncak Gunung Merbabu, untuk menuju Puncak Kenteng Songo kita berjalan
sekitar 10 menit ke arah Timur.
Di Puncak Kenteng Songo terdapat batu berlobang yang dikeramatkan
masyarakat. Di puncak ini terdapat batu kenteng / lumpang / berlubang
dengan jumlah 9 buah yang hanya bisa dilihat, menurut penglihatan
paranormal. Mata biasa hanya melihat 4 buah batu berlobang.
Dari puncak Kenteng songo kita dapat memandang Gn. Merapi dengan
puncaknya yang mengepulkan asap setiap saat, nampak dekat sekali.Ke arah
barat tampak Gn.Sumbing dan Sundoro yang kelihatan sangat jelas dan
indah, seolah-olah menantang untuk di daki. Lebih dekat lagi tampak Gn.
Telomoyo dan Gn.Ungaran. Dari kejauhan ke arah timur tampak Gn. Lawu
dengan puncaknya yang memanjang.
- See more at:
http://chk2489.blogspot.com/2013/03/jalur-pendakian-gunung-merbabu.html#sthash.ZVYUcY0s.dpuf
Sumber: http://chk2489.blogspot.com/2013/03/jalur-pendakian-gunung-merbabu.html
Muhammad Chamdun
Sumber: http://chk2489.blogspot.com/2013/03/jalur-pendakian-gunung-merbabu.html
Muhammad Chamdun
Pendakian
Jalur Thekelan
Perjalanan dari Pos Tekelan yang berada ditengah perkampungan
penduduk, dimulai dengan melewati kebun penduduk dan hutan pinus. Dari sini
kita dapat menyaksikan pemandangan yang sangat indah ke arah gunung Telomoyo
dan Rawa Pening.Di Pos Pending kita dapat menemukan mata air, juga kita akan
menemukan sungai kecil (Kali Sowo). Sebelum mencapai Pos I kita akan melewati
Pereng Putih kita harus berhati-hati karena sangat terjal. Kemudian kita
melewati sungai kering, dari sini pemandangan sangat indah ke bawah melihat
kota Salatiga terutama di malam hari.
Dari Pos I kita akan melewati hutan
campuran menuju Pos II, menuju Pos III jalur mulai terbuka dan jalan mulai
menanjak curam. Kita mendaki gunung Pertapan, hempasan angin yang kencang
sangat terasa, apalagi berada di tempat terbuka. Kita dapat berlindung di Watu
Gubug, sebuah batu berlobang yang dapat dimasuki 5 orang. Bila ada badai
sebaiknya tidak melanjutkan perjalanan karena sangat berbahaya. Mendekati pos
empat kita mendaki Gn. Watu tulis jalur agak curam dan banyak pasir maupun
kerikil kecil sehingga licin, angin kencang membawa debu dan pasir sehingga
harus siap menutup mata bila ada angin kencang. Pos IV yang berada di puncak
Gn. Watu Tulis dengan ketinggian mencapai 2.896 mdpl ini, disebut juga Pos
Pemancar karena di puncaknya terdapat sebuah Pemancar Radio. Menuju Pos V jalur
menurun, pos ini dikelilingi bukit dan tebing yang indah. Kita dapat turun
menuju kawah Condrodimuko. Dan disini terdapat mata air, bedakan antara air
minum dan air belerang.
Perjalanan dilanjutkan dengan melewati tanjakan yang
sangat terjal serta jurang disisi kiri dan kanannya. Tanjakan ini dinamakan
Jembatan Setan. Kemudian kita akan sampai di persimpangan, ke kiri menuju
Puncak Syarif (Gunung Pregodalem) dan ke kanan menuju puncak Kenteng Songo (
Gunung Kenteng Songo) yang memanjang. Dari puncak Kenteng songo kita dapat
memandang Gn.Merapi dengan puncaknya yang mengepulkan asap setiap saat, nampak
dekat sekali.Ke arah barat tampak Gn.Sumbing dan Sundoro yang kelihatan sangat
jelas dan indah, seolah-olah menantang untuk di daki. Lebih dekat lagi tampak
Gn.Telomoyo dan Gn.Ungaran. Dari kejauhan ke arah timur tampak Gn.Lawu dengan
puncaknya yang memanjang.Menuju Puncak Kenteng Songo ini jalurnya sangat
berbahaya, selain sempit hanya berkisar 1 meter lebarnya dengan sisi kiri kanan
jurang bebatuan tanpa pohon, juga angin sangat kencang siap mendorong kita
setiap saat.
Pendakian Jalur Chuntel
Untuk menuju ke Desa Cuntel berjalan terus
mengikuti jalan berbatu hingga ujung. Banyak tanda penunjuk arah baik di
sekitar desa maupun di jalur pendakian. Di Basecamp Desa Cuntel yang berada di
tengah perkampungan ini, pendaki dapat beristirahat dan mengisi persediaan air.
Pendaki juga dapat membeli berbagai barang-barang kenangan berupa stiker maupun
kaos. Setelah meninggalkan perkampungan, perjalanan dilanjutkan dengan
melintasi perkebunan penduduk.
Jalur sudah mulai menanjak mendaki perbukitan
yang banyak ditumbuhi pohon pinus. Jalan setapakberupa tanah kering yang
berdebu terutama di musim kemarau, sehingga mengganggu mata dan pernafasan.
Untuk itu sebaiknya pendaki menggunakan masker pelindung dan kacamata.Setelah
berjalan sekitar 30 menit dengan menyusuri bukit yang berliku-liku pendaki akan
sampai di pos Bayangan I. Pos Bayangan I ini tempat pendaki dapat berteduh dari
sengatan matahari maupun air hujan. Dengan melintasi jalur yang masih serupa
yakni menyusuri jalan berdebu yang diselingi dengan pohon-pohon pinus, sekitar
30 menit akan sampai di Pos Bayangan II.
Di pos ini juga terdapat banguanan
beratap untuk beristirahat. Dari Pos I hingga pos Pemancar jalur mulai terbuka,
di kiri kanan jalur banyak ditumbuhi alang-alang. Sementara itu beberapa pohon
pinus masih tumbuh dalam jarak yang berjauhan.Pos Pemancar atau sering juga di
sebut gunung Watu Tulis berada di ketinggian 2.896 mdpl. Di puncaknya terdapat
stasiun pemancar relay. Di Pos ini banyak terdapat batu-batu besar sehingga
dapat digunakan untuk berlindung dari angin kencang. Namun angin kencang kadang
datang dari bawah membawa debu-debu yang beterbangan. Pendakian di siang hari
akan terasa sangat panas. Dari lokasi ini pemandangan ke arah bawah sangat
indah, tampak di kejauhan Gn.Sumbing dan Gn.Sundoro, tampak Gn.Ungaran di
belakang Gn. Telomoyo.Jalur selanjutnya berupa turunan menuju Pos Helipad,
suasana dan pemandangan di sekitar Pos Helipad ini sungguh sangat luar biasa.
Di sebelah kanan terbentang Gn. Kukusan yang di puncaknya berwarna putih
seperti muntahan belerang yang telah mengering. Di depan mata terbentang kawah
yang berwarna keputihan. Di sebelah kanan di dekat kawah terdapat sebuah mata
air, pendaki harus dapat membedakan antara air minum dan air belerang.
Perjalanan
dilanjutkan dengan melewati tanjakan yang sangat terjal serta jurang disisi
kiri dan kanannya. Tanjakan ini dinamakan Jembatan Setan. Kemudian kita akan
sampai di persimpangan, ke kiri menuju Puncak Syarif (Gunung Prengodalem) dan
ke kanan menuju puncak Kenteng Songo ( Gunung Kenteng Songo) yang
memanjang.Dari puncak Kenteng songo kita dapat memandang Gn.Merapi dengan
puncaknya yang mengepulkan asap setiap saat, nampak dekat sekali.Ke arah barat
tampak Gn.Sumbing dan Sundoro yang kelihatan sangat jelas dan indah,
seolah-olah menantang untuk di daki. Lebih dekat lagi tampak Gn.Telomoyo dan
Gn.Ungaran.
Dari kejauhan ke arah timur tampak Gn.Lawu dengan puncaknya yang
memanjang.
Pendakian Jalur Wekas
Wekas merupakan desa terakhir menuju puncak
yang memakan waktu kira-kira 6-7 jam. Jalur wekas merupakan jalur pendek
sehingga jarang terdapat lintasan yang datar membentang. Lintasan pos I cukup
lebar dengan bebatuan yang mendasarinya. Sepanjang perjalanan akan menemui
ladang penduduk khas dataran tinggi yang ditanami Bawang, Kubis, Wortel, dan
Tembakau, juga dapat ditemui ternak kelinci yang kotorannya digunakan sebagai
pupuk. Rute menuju pos I cukup menanjak dengan waktu tempuh 2 jam. Pos I
merupakan sebuah dataran dengan sebuah balai sebagai tempat peristirahatan. Di
sekitar area ini masih banyak terdapat warung dan rumah penduduk.
Selepas pos
I, perjalanan masih melewati ladang penduduk, kemudian masuk hutan pinus. Waktu
tempuh menuju pos II adalah 2 jam, dengan jalur yang terus menanjak curam. Pos
II merupakan sebuah tempat yang terbuka dan datar, yang biasa didirikan hingga
beberapa puluhan tenda. Pada hari Sabtu, Minggu dan hari libur Pos II ini
banyak digunakan oleh para remaja untuk berkemah. Sehingga pada hari-hari
tersebut banyak penduduk yang berdagang makanan. Pada area ini terdapat sumber
air yang di salurkan melalui pipa-pipa besar yang ditampung pada sebuah bak.
Dari Pos II terdapat jalur buntu yang menuju ke sebuah sungai yang dijadikan
sumber air bagi masyarakat sekitar Wekas hingga desa-desa di sekitarnya.
Jalur
ini mengikuti aliran pipa air menyusuri tepian jurang yang mengarah ke aliran
sungai dibawah kawah. Terdapat dua buah aliran sungai yang sangat curam yang
membentuk air terjun yang bertingkat-tingkat, sehingga menjadi suatu
pemandangan yang sangat luar biasa dengan latar belakang kumpulan puncak -
puncak Gn. Merbabu. Selepas pos II jalur mulai terbuka hingga bertemu dengan
persimpangan jalur Kopeng yang berada di atas pos V (Watu Tulis), jalur Kopeng.
Dari persimpangan ini menuju pos Helipad hanya memerlukan waktu tempuh 15
menit. Suasana dan pemandangan di sekitar Pos Helipad ini sungguh sangat luar
biasa. Di sebelah kanan terbentang Gn. Kukusan yang di puncaknya berwarna putih
seperti muntahan belerang yang telah mengering.
Di depan mata terbentang kawah
yang berwarna keputihan. Di sebelah kanan di dekat kawah terdapat sebuah mata
air, pendaki harus dapat membedakan antara air minum dan air belerang.
Perjalanan dilanjutkan dengan melewati tanjakan yang sangat terjal serta jurang
disisi kiri dan kanannya. Tanjakan ini dinamakan Jembatan Setan. Kemudian kita
akan sampai di persimpangan, ke kiri menuju Puncak Syarif (Gunung Prengodalem)
dan ke kanan menuju puncak Kenteng Songo ( Gunung Kenteng Songo) yang
memanjang. Dari puncak Kenteng songo kita dapat memandang Gn.Merapi dengan
puncaknya yang mengepulkan asap setiap saat, nampak dekat sekali.Ke arah barat
tampak Gn.Sumbing dan Sundoro yang kelihatan sangat jelas dan indah,
seolah-olah menantang untuk di daki.
Lebih dekat lagi tampak Gn.Telomoyo dan
Gn.Ungaran. Dari kejauhan ke arah timur tampak Gn.Lawu dengan puncaknya yang
memanjang.
Pendakian Jalu Selo
Kecamatan Selo masuk wilayah Kabupaten boyolali,
Jawa Tengah. Selo berada di tengah-tengah antara Gunung Merbabu dan Gunung
Merapi. Pendaki yang hendak menapaki puncak Gunung Merapi lebih suka mengambil
jalur dari Selo ini. Sedangkan Pendaki Gunung Merbabu lebih suka mendaki dari
Kopeng dan turun di Selo. Sebelum melakukan Ppendakian sebaiknya lapor di
Kantor Polisi Selo, setelah mendaftar untuk menuju ke basecamp Gn. Merbabu,
dari Selo tepatnya dari kantor Polisi, pendaki harus berjalan kaki menyusuri
jalan aspal sekitar 3 jam, cukup jauh dan menanjak sehingga cukup melelahkan.
Melintasi perkampungan penduduk dan ladang-ladang yang berada di lereng-lereng
terjal. Pendaki bisa menyewa mobil bak sayuran untuk menuju ke basecamp, atau
bisa juga naik ojek. Untuk pemanasan pendakian, berjalan kaki bisa menjadi
pilihan yang lebih murah. Biasanya pendaki menginap di rumah warga setelah atau
sebelum mendaki gunung Merbabu yang juga menjadi basecamp. Rumahnya sangat
besar bisa menampung puluhan pendaki yang menginap. Di rumah warga ini pendaki
bisa memesan makanan dan minuman, seperti nasi goreng, mie rebus, dan kopi.
Stiker kaos dan aneka cendara mata juga bisa di peroleh di basecamp yg berupa
rumah-rumah penduduk ini. Hanya terdapat satu buah kamar mandi yang airnya
mengalir sangat kecil sehingga apabila ramai pendaki yang menginap, maka harus
mengantri lama untuk ke kamar mandi. Dari basecamp, pendakian diawali dengan
melintasi area perkemahan yang sangat luas yang ditumbuh pohon-pohon pinus
sehingga cukup rindang dan sejuk di siang hari. Agak landai kemudian mulai
memasuki kawasan hutan. Jalur pendakian masih cukup landai, namun akan banyak
dijumpai pertigaan, maupun perempatan jalur yang menuju ke perkampungan
penduduk, maupun jalur penduduk mencari kayu bakar dan rumput, untuk itu tetap
pilih jalur yang paling lebar. Berjalan sekitar satu jam akan sampai di
perempatan jalur. Dari perempatan jalur masih agak landai melintasi hutan akan
berjumpa dengan sungai kering yang berisi pasir. Setelah menyeberangi sungai
kering jalur mulai agak menanjak namun masih melintasi hutan. Setelah berjalan
sekitar satu jam dari sungai kering ini jalur terjal sekali meliuk mendaki
bukit dan sampailah kita di tikungan macan. Di Tikungan Macan ini kita bisa
memandang ke bawah ke arah jurang yang masih diselimuti hutan yang lebat. Di
tikungan Macan ini pendaki yang turun bisa kesasar karena jalur yang sebenarnya
berada disisi samping bukan lurus ke bawah.
Dari Tikungan Macan jalur mulai
sedikit terbuka, namun masih melintasi hutan yang sudah tidak terlalu lebat
lagi. Jalur mulai menanjak, setengah jam berikutnya jalur mulai agak sulit dan
semakin terjal. Sekitar satu jam dari Tikungan Macan pendaki akan sampai di
Batu Tulis. Batu Tulis adalah tempat terbuka yang cukup luas, di tengahnya
terdapat sebuah batu yang cukup besar. Pemandangan indah di sekitar Batu Tulis
bisa menjadi pengobat lelah. Banyak terdapat Edelweiss yang tumbuh tinggi dan
besar sehingga bisa digunakan untuk berteduh. Pendaki yang turun Gn.Merbabu, di
Batu Tulis ini terdapat juga jalur alternatif yang kelihatan sangat jelas namun
sedikit mendaki bukit. Jalurnya berbahaya melintasi punggungan yang sempit
dengan sisi jurang di kira dan kanan, sebaiknya tidak melewati jalur ini,
tetaplah mengikuti jalur yang resmi. Dari Batu Tulis medan mulai terbuka berupa
padang rumput yang sangat terjal dan berdebu. Bila di musim hujan jalur ini
licin sekali sehingga perlu perjuangan sangat keras untuk merangkak ke bergerak
ke atas. Puncak Gunung Merbabu masih belum kelihatan, pendaki masih harus
melewati empat buah bukit yang terjal untuk sampai di puncak Gunung Merbabu.
Sekitar 1 jam berjuang melintasi medan yang berat dan terjal pendaki akan
sampai di puncak bukit, selanjutnya turun dan landai melintasi padang rumput.
Pemandangan sekitar di Padang Rumput ini sangat indah, seperti bukit-bukit
Teletubies. Sedikit naik bukit dan kemudian turun lagi pendaki akan sampai di
Jemblongan yakni sebuah tempat yang banyak di tumbuhi Edelweiis dalam ukuran
besar dan rapat sehingga sehingga membentuk hutan yang rindang. Pendaki bisa
beristirahat sejenak sambil tiduran di bawah rindangnya hutan Edelweiss. Di
sini adalah tempat terakhir yang bisa digunakan untuk berteduh dan beristirahat
dengan nyaman, karena jalur selanjutnya berupa padang rumput terbuka yang
kering dan sangat terjal, berdebu di musim kemarau dan sangat licin di musim
hujan.
Dari Jemblongan kembali pendaki harus berjuang untuk mendaki bukit yang
terjal, licin dan berdebu. Puncak Gunung Merbabu masih belum kelihatan karena
tertutup bukit. Pemandangan alam cukup menghibur, di sisi kiri terdapat Gunung
Kenong dan di sisi kanan terdapat gunung Kukusan yang runcing dan terjal.
Setelah berjalan sekitar 1 jam akan tampak puncak Gunung Merbabu. Pemandangan
yang sangat indah di depan mata, sekaligus pemandangan yang mencengangkan,
karena kita memandang jalur medan terjal yang harus kita tempuh untuk menggapai
puncak gunung Merbabu. Berbalik arah pemandangan ke arah Gunung Merapi juga
sangat indah sekali. Bila kita berjalan dengan cermat sekitar sekitar 25 meter
di sebelah kanan jalur akan kita temukan sebuah batu berlobang.Sekitar 30 menit
hingga 1 jam diperlukan perjuangan akhir dengan menapaki jalur padang rumput
yang terjal dan berdebu untuk mencapai Puncak tertinggi gunung Merbabu.
Setibanya di Puncak Gunung Merbabu, untuk menuju Puncak Kenteng Songo kita
berjalan sekitar 10 menit ke arah Timur. Di Puncak Kenteng Songo terdapat batu
berlobang yang dikeramatkan masyarakat. Di puncak ini terdapat batu kenteng /
lumpang / berlubang dengan jumlah 9 buah yang hanya bisa dilihat, menurut
penglihatan paranormal. Mata biasa hanya melihat 4 buah batu berlobang. Dari
puncak Kenteng songo kita dapat memandang Gn. Merapi dengan puncaknya yang
mengepulkan asap setiap saat, nampak dekat sekali.Ke arah barat tampak
Gn.Sumbing dan Sundoro yang kelihatan sangat jelas dan indah, seolah-olah
menantang untuk di daki. Lebih dekat lagi tampak Gn. Telomoyo dan Gn.Ungaran.
Dari kejauhan ke arah timur tampak Gn. Lawu dengan puncaknya yang memanjang
Pendakian Jalur
Thekelan
Perjalanan dari Pos Tekelan yang berada ditengah perkampungan penduduk,
dimulai dengan melewati kebun penduduk dan hutan pinus. Dari sini kita
dapat menyaksikan pemandangan yang sangat indah ke arah gunung Telomoyo
dan Rawa Pening.Di Pos Pending kita dapat menemukan mata air, juga kita
akan menemukan sungai kecil (Kali Sowo). Sebelum mencapai Pos I kita
akan melewati Pereng Putih kita harus berhati-hati karena sangat terjal.
Kemudian kita melewati sungai kering, dari sini pemandangan sangat
indah ke bawah melihat kota Salatiga terutama di malam hari.
Dari Pos I kita akan melewati hutan campuran menuju Pos II, menuju Pos
III jalur mulai terbuka dan jalan mulai menanjak curam. Kita mendaki
gunung Pertapan, hempasan angin yang kencang sangat terasa, apalagi
berada di tempat terbuka. Kita dapat berlindung di Watu Gubug, sebuah
batu berlobang yang dapat dimasuki 5 orang. Bila ada badai sebaiknya
tidak melanjutkan perjalanan karena sangat berbahaya. Mendekati pos
empat kita mendaki Gn. Watu tulis jalur agak curam dan banyak pasir
maupun kerikil kecil sehingga licin, angin kencang membawa debu dan
pasir sehingga harus siap menutup mata bila ada angin kencang.
Pos IV yang berada di puncak Gn. Watu Tulis dengan ketinggian mencapai
2.896 mdpl ini, disebut juga Pos Pemancar karena di puncaknya terdapat
sebuah Pemancar Radio.
Menuju Pos V jalur menurun, pos ini dikelilingi bukit dan tebing yang
indah. Kita dapat turun menuju kawah Condrodimuko. Dan disini terdapat
mata air, bedakan antara air minum dan air belerang.Perjalanan
dilanjutkan dengan melewati tanjakan yang sangat terjal serta jurang
disisi kiri dan kanannya. Tanjakan ini dinamakan Jembatan Setan.
Kemudian kita akan sampai di persimpangan, ke kiri menuju Puncak Syarif
(Gunung Pregodalem) dan ke kanan menuju puncak Kenteng Songo ( Gunung
Kenteng Songo) yang memanjang.
Dari puncak Kenteng songo kita dapat memandang Gn.Merapi dengan
puncaknya yang mengepulkan asap setiap saat, nampak dekat sekali.Ke arah
barat tampak Gn.Sumbing dan Sundoro yang kelihatan sangat jelas dan
indah, seolah-olah menantang untuk di daki. Lebih dekat lagi tampak
Gn.Telomoyo dan Gn.Ungaran. Dari kejauhan ke arah timur tampak Gn.Lawu
dengan puncaknya yang memanjang.Menuju Puncak Kenteng Songo ini jalurnya
sangat berbahaya, selain sempit hanya berkisar 1 meter lebarnya dengan
sisi kiri kanan jurang bebatuan tanpa pohon, juga angin sangat kencang
siap mendorong kita setiap saat.
Pendakian Jalur Chuntel
Untuk menuju ke Desa Cuntel berjalan terus mengikuti jalan berbatu
hingga ujung. Banyak tanda penunjuk arah baik di sekitar desa maupun di
jalur pendakian. Di Basecamp Desa Cuntel yang berada di tengah
perkampungan ini, pendaki dapat beristirahat dan mengisi persediaan air.
Pendaki juga dapat membeli berbagai barang-barang kenangan berupa
stiker maupun kaos.
Setelah meninggalkan perkampungan, perjalanan dilanjutkan dengan
melintasi perkebunan penduduk. Jalur sudah mulai menanjak mendaki
perbukitan yang banyak ditumbuhi pohon pinus. Jalan setapakberupa tanah
kering yang berdebu terutama di musim kemarau, sehingga mengganggu mata
dan pernafasan. Untuk itu sebaiknya pendaki menggunakan masker pelindung
dan kacamata.Setelah berjalan sekitar 30 menit dengan menyusuri bukit
yang berliku-liku pendaki akan sampai di pos Bayangan I.
Pos Bayangan I ini tempat pendaki dapat berteduh dari sengatan matahari
maupun air hujan. Dengan melintasi jalur yang masih serupa yakni
menyusuri jalan berdebu yang diselingi dengan pohon-pohon pinus, sekitar
30 menit akan sampai di Pos Bayangan II. Di pos ini juga terdapat
banguanan beratap untuk beristirahat.
Dari Pos I hingga pos Pemancar jalur mulai terbuka, di kiri kanan jalur
banyak ditumbuhi alang-alang. Sementara itu beberapa pohon pinus masih
tumbuh dalam jarak yang berjauhan.Pos Pemancar atau sering juga di sebut
gunung Watu Tulis berada di ketinggian 2.896 mdpl. Di puncaknya
terdapat stasiun pemancar relay. Di Pos ini banyak terdapat batu-batu
besar sehingga dapat digunakan untuk berlindung dari angin kencang.
Namun angin kencang kadang datang dari bawah membawa debu-debu yang
beterbangan.
Pendakian di siang hari akan terasa sangat panas. Dari lokasi ini
pemandangan ke arah bawah sangat indah, tampak di kejauhan Gn.Sumbing
dan Gn.Sundoro, tampak Gn.Ungaran di belakang Gn. Telomoyo.Jalur
selanjutnya berupa turunan menuju Pos Helipad, suasana dan pemandangan
di sekitar Pos Helipad ini sungguh sangat luar biasa. Di sebelah kanan
terbentang Gn. Kukusan yang di puncaknya berwarna putih seperti muntahan
belerang yang telah mengering. Di depan mata terbentang kawah yang
berwarna keputihan. Di sebelah kanan di dekat kawah terdapat sebuah mata
air, pendaki harus dapat membedakan antara air minum dan air belerang.
Perjalanan dilanjutkan dengan melewati tanjakan yang sangat terjal serta
jurang disisi kiri dan kanannya. Tanjakan ini dinamakan Jembatan Setan.
Kemudian kita akan sampai di persimpangan, ke kiri menuju Puncak Syarif
(Gunung Prengodalem) dan ke kanan menuju puncak Kenteng Songo ( Gunung
Kenteng Songo) yang memanjang.Dari puncak Kenteng songo kita dapat
memandang Gn.Merapi dengan puncaknya yang mengepulkan asap setiap saat,
nampak dekat sekali.Ke arah barat tampak Gn.Sumbing dan Sundoro yang
kelihatan sangat jelas dan indah, seolah-olah menantang untuk di daki.
Lebih dekat lagi tampak Gn.Telomoyo dan Gn.Ungaran. Dari kejauhan ke
arah timur tampak Gn.Lawu dengan puncaknya yang memanjang.
Pendakian Jalur Wekas
Wekas merupakan desa terakhir menuju puncak yang memakan waktu kira-kira
6-7 jam. Jalur wekas merupakan jalur pendek sehingga jarang terdapat
lintasan yang datar membentang. Lintasan pos I cukup lebar dengan
bebatuan yang mendasarinya. Sepanjang perjalanan akan menemui ladang
penduduk khas dataran tinggi yang ditanami Bawang, Kubis, Wortel, dan
Tembakau, juga dapat ditemui ternak kelinci yang kotorannya digunakan
sebagai pupuk. Rute menuju pos I cukup menanjak dengan waktu tempuh 2
jam.
Pos I merupakan sebuah dataran dengan sebuah balai sebagai tempat
peristirahatan. Di sekitar area ini masih banyak terdapat warung dan
rumah penduduk. Selepas pos I, perjalanan masih melewati ladang
penduduk, kemudian masuk hutan pinus. Waktu tempuh menuju pos II adalah 2
jam, dengan jalur yang terus menanjak curam.
Pos II merupakan sebuah tempat yang terbuka dan datar, yang biasa
didirikan hingga beberapa puluhan tenda. Pada hari Sabtu, Minggu dan
hari libur Pos II ini banyak digunakan oleh para remaja untuk berkemah.
Sehingga pada hari-hari tersebut banyak penduduk yang berdagang makanan.
Pada area ini terdapat sumber air yang di salurkan melalui pipa-pipa
besar yang ditampung pada sebuah bak.
Dari Pos II terdapat jalur buntu yang menuju ke sebuah sungai yang
dijadikan sumber air bagi masyarakat sekitar Wekas hingga desa-desa di
sekitarnya. Jalur ini mengikuti aliran pipa air menyusuri tepian jurang
yang mengarah ke aliran sungai dibawah kawah. Terdapat dua buah aliran
sungai yang sangat curam yang membentuk air terjun yang
bertingkat-tingkat, sehingga menjadi suatu pemandangan yang sangat luar
biasa dengan latar belakang kumpulan puncak - puncak Gn. Merbabu.
Selepas pos II jalur mulai terbuka hingga bertemu dengan persimpangan
jalur Kopeng yang berada di atas pos V (Watu Tulis), jalur Kopeng. Dari
persimpangan ini menuju pos Helipad hanya memerlukan waktu tempuh 15
menit.
Suasana dan pemandangan di sekitar Pos Helipad ini sungguh sangat luar
biasa. Di sebelah kanan terbentang Gn. Kukusan yang di puncaknya
berwarna putih seperti muntahan belerang yang telah mengering. Di depan
mata terbentang kawah yang berwarna keputihan. Di sebelah kanan di dekat
kawah terdapat sebuah mata air, pendaki harus dapat membedakan antara
air minum dan air belerang.
Perjalanan dilanjutkan dengan melewati tanjakan yang sangat terjal serta
jurang disisi kiri dan kanannya. Tanjakan ini dinamakan Jembatan Setan.
Kemudian kita akan sampai di persimpangan, ke kiri menuju Puncak Syarif
(Gunung Prengodalem) dan ke kanan menuju puncak Kenteng Songo ( Gunung
Kenteng Songo) yang memanjang.
Dari puncak Kenteng songo kita dapat memandang Gn.Merapi dengan
puncaknya yang mengepulkan asap setiap saat, nampak dekat sekali.Ke arah
barat tampak Gn.Sumbing dan Sundoro yang kelihatan sangat jelas dan
indah, seolah-olah menantang untuk di daki. Lebih dekat lagi tampak
Gn.Telomoyo dan Gn.Ungaran. Dari kejauhan ke arah timur tampak Gn.Lawu
dengan puncaknya yang memanjang.
Pendakian Jalu Selo
Kecamatan Selo masuk wilayah Kabupaten boyolali, Jawa Tengah. Selo
berada di tengah-tengah antara Gunung Merbabu dan Gunung Merapi. Pendaki
yang hendak menapaki puncak Gunung Merapi lebih suka mengambil jalur
dari Selo ini. Sedangkan Pendaki Gunung Merbabu lebih suka mendaki dari
Kopeng dan turun di Selo.
Sebelum melakukan Ppendakian sebaiknya lapor di Kantor Polisi Selo,
setelah mendaftar untuk menuju ke basecamp Gn. Merbabu, dari Selo
tepatnya dari kantor Polisi, pendaki harus berjalan kaki menyusuri jalan
aspal sekitar 3 jam, cukup jauh dan menanjak sehingga cukup melelahkan.
Melintasi perkampungan penduduk dan ladang-ladang yang berada di
lereng-lereng terjal. Pendaki bisa menyewa mobil bak sayuran untuk
menuju ke basecamp, atau bisa juga naik ojek. Untuk pemanasan pendakian,
berjalan kaki bisa menjadi pilihan yang lebih murah.
Biasanya pendaki menginap di rumah warga setelah atau sebelum mendaki
gunung Merbabu yang juga menjadi basecamp. Rumahnya sangat besar bisa
menampung puluhan pendaki yang menginap. Di rumah warga ini pendaki bisa
memesan makanan dan minuman, seperti nasi goreng, mie rebus, dan kopi.
Stiker kaos dan aneka cendara mata juga bisa di peroleh di basecamp yg
berupa rumah-rumah penduduk ini. Hanya terdapat satu buah kamar mandi
yang airnya mengalir sangat kecil sehingga apabila ramai pendaki yang
menginap, maka harus mengantri lama untuk ke kamar mandi.
Dari basecamp, pendakian diawali dengan melintasi area perkemahan yang
sangat luas yang ditumbuh pohon-pohon pinus sehingga cukup rindang dan
sejuk di siang hari. Agak landai kemudian mulai memasuki kawasan hutan.
Jalur pendakian masih cukup landai, namun akan banyak dijumpai
pertigaan, maupun perempatan jalur yang menuju ke perkampungan penduduk,
maupun jalur penduduk mencari kayu bakar dan rumput, untuk itu tetap
pilih jalur yang paling lebar. Berjalan sekitar satu jam akan sampai di
perempatan jalur.
Dari perempatan jalur masih agak landai melintasi hutan akan berjumpa
dengan sungai kering yang berisi pasir. Setelah menyeberangi sungai
kering jalur mulai agak menanjak namun masih melintasi hutan. Setelah
berjalan sekitar satu jam dari sungai kering ini jalur terjal sekali
meliuk mendaki bukit dan sampailah kita di tikungan macan. Di Tikungan
Macan ini kita bisa memandang ke bawah ke arah jurang yang masih
diselimuti hutan yang lebat. Di tikungan Macan ini pendaki yang turun
bisa kesasar karena jalur yang sebenarnya berada disisi samping bukan
lurus ke bawah.
Dari Tikungan Macan jalur mulai sedikit terbuka, namun masih melintasi
hutan yang sudah tidak terlalu lebat lagi. Jalur mulai menanjak,
setengah jam berikutnya jalur mulai agak sulit dan semakin terjal.
Sekitar satu jam dari Tikungan Macan pendaki akan sampai di Batu Tulis.
Batu Tulis adalah tempat terbuka yang cukup luas, di tengahnya terdapat
sebuah batu yang cukup besar. Pemandangan indah di sekitar Batu Tulis
bisa menjadi pengobat lelah. Banyak terdapat Edelweiss yang tumbuh
tinggi dan besar sehingga bisa digunakan untuk berteduh. Pendaki yang
turun Gn.Merbabu, di Batu Tulis ini terdapat juga jalur alternatif yang
kelihatan sangat jelas namun sedikit mendaki bukit. Jalurnya berbahaya
melintasi punggungan yang sempit dengan sisi jurang di kira dan kanan,
sebaiknya tidak melewati jalur ini, tetaplah mengikuti jalur yang resmi.
Dari Batu Tulis medan mulai terbuka berupa padang rumput yang sangat
terjal dan berdebu. Bila di musim hujan jalur ini licin sekali sehingga
perlu perjuangan sangat keras untuk merangkak ke bergerak ke atas.
Puncak Gunung Merbabu masih belum kelihatan, pendaki masih harus
melewati empat buah bukit yang terjal untuk sampai di puncak Gunung
Merbabu.
Sekitar 1 jam berjuang melintasi medan yang berat dan terjal pendaki
akan sampai di puncak bukit, selanjutnya turun dan landai melintasi
padang rumput. Pemandangan sekitar di Padang Rumput ini sangat indah,
seperti bukit-bukit Teletubies. Sedikit naik bukit dan kemudian turun
lagi pendaki akan sampai di Jemblongan yakni sebuah tempat yang banyak
di tumbuhi Edelweiis dalam ukuran besar dan rapat sehingga sehingga
membentuk hutan yang rindang.
Pendaki bisa beristirahat sejenak sambil tiduran di bawah rindangnya
hutan Edelweiss. Di sini adalah tempat terakhir yang bisa digunakan
untuk berteduh dan beristirahat dengan nyaman, karena jalur selanjutnya
berupa padang rumput terbuka yang kering dan sangat terjal, berdebu di
musim kemarau dan sangat licin di musim hujan.
Dari Jemblongan kembali pendaki harus berjuang untuk mendaki bukit yang
terjal, licin dan berdebu. Puncak Gunung Merbabu masih belum kelihatan
karena tertutup bukit. Pemandangan alam cukup menghibur, di sisi kiri
terdapat Gunung Kenong dan di sisi kanan terdapat gunung Kukusan yang
runcing dan terjal.
Setelah berjalan sekitar 1 jam akan tampak puncak Gunung Merbabu.
Pemandangan yang sangat indah di depan mata, sekaligus pemandangan yang
mencengangkan, karena kita memandang jalur medan terjal yang harus kita
tempuh untuk menggapai puncak gunung Merbabu. Berbalik arah pemandangan
ke arah Gunung Merapi juga sangat indah sekali. Bila kita berjalan
dengan cermat sekitar sekitar 25 meter di sebelah kanan jalur akan kita
temukan sebuah batu berlobang.Sekitar 30 menit hingga 1 jam diperlukan
perjuangan akhir dengan menapaki jalur padang rumput yang terjal dan
berdebu untuk mencapai Puncak tertinggi gunung Merbabu. Setibanya di
Puncak Gunung Merbabu, untuk menuju Puncak Kenteng Songo kita berjalan
sekitar 10 menit ke arah Timur.
Di Puncak Kenteng Songo terdapat batu berlobang yang dikeramatkan
masyarakat. Di puncak ini terdapat batu kenteng / lumpang / berlubang
dengan jumlah 9 buah yang hanya bisa dilihat, menurut penglihatan
paranormal. Mata biasa hanya melihat 4 buah batu berlobang.
Dari puncak Kenteng songo kita dapat memandang Gn. Merapi dengan
puncaknya yang mengepulkan asap setiap saat, nampak dekat sekali.Ke arah
barat tampak Gn.Sumbing dan Sundoro yang kelihatan sangat jelas dan
indah, seolah-olah menantang untuk di daki. Lebih dekat lagi tampak Gn.
Telomoyo dan Gn.Ungaran. Dari kejauhan ke arah timur tampak Gn. Lawu
dengan puncaknya yang memanjang.
- See more at:
http://chk2489.blogspot.com/2013/03/jalur-pendakian-gunung-merbabu.html#sthash.ZVYUcY0s.dpuf
Sumber: http://chk2489.blogspot.com/2013/03/jalur-pendakian-gunung-merbabu.html
Muhammad Chamdun
Sumber: http://chk2489.blogspot.com/2013/03/jalur-pendakian-gunung-merbabu.html
Muhammad Chamdun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar